Hasil Memalukan Pendanaan NED bagi Pembelot Korea Utara (2)

Penulis: Max Blumenthal
Editor: Umar Husain

Di antara kelompok yang dihormati pada pertemuan NED adalah kelompok gabungan media. Mereka memicu gerakan perlawanan internal terhadap pemerintah Korea Utara melalui siaran radio gelombang pendeknya.

Ada juga sederetan para pembelot, para aktivis yang bertanggung jawab untuk membentuk paradigma dan opini publik. Gambaran tentang Korea Utara sebagaimana yang ingin diinginkan oleh Barat, terkait catatan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di sana. Catatan-catatan itu kemudian dijadikan rujukan bagi informasi umum untuk Rezim Korea Utara.

Banyak diantara mereka yang menceritakan kisah palsu mengerikan, tentang pelarian diri mereka dari penindasan politik di Korut. Para produsen berita palsu ini melakukannya karena terpikat oleh kompensasi uang tunai dalam jumlah besar yang ditawarkan oleh NED. Namun, kebohongan tersebut akhirnya terungkap ke publik secara memalukan.

Pada 2017, Korea Selatan melipat gandakan pembayaran untuk kesaksian para pembelot Korea Utara sebesar US $ 860.000. Lembaga Donor Korea Selatan juga memberi insentif pada akun-akun yang bercerita tentang pelanggaran HAM secara sadis di Korea Utara, dengan dengan penggambaran yang ‘luar biasa kreatif’.

Menurut cerita salah seorang pembelot, sekitar 10.000 orang warga Korut pernah dipaksa untuk menonton eksekusi 11 musisi yang kedapatan menonton film porno. Dia menceritakan, para musisi itu ditembak dengan senjata anti-pesawat, kemudian digilas tank.

Seorang pembelot lain bercerita, beberapa tahanan wanita diperkosa, kemudian dipaksa menyerahkan bayi mereka untuk diberikan sebagai makanan bagi anjing penjaga yang lapar.

Pada tahun yang sama, berita tentang pembelotan 13 pramusaji Korea Utara memberikan bahan bakar bagi musuh-musuh Pyong Yang. Drama di balik pembelotan ini, akhirnya terungkap.

Manajer para pramusaji tersebut mengatakan telah memaksa wanita-wanita itu agar mau bersaksi. Dia mengaku, perbuatan itu dilakukan, atas tekanan dari dinas intelijen Korea Selatan. Skandal itu kini sedang dalam penyelidikan PBB.

Investigasi terpisah dari PBB telah menuduh Kim Jong-Un melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan. Tuduhan itu diwarnai dengan kesaksian palsu dari para pembelot, salah satunya adalah Shin Dong-hyuk. Belakangan, dia juga mengaku telah mengarang sendiri bagian-bagian dari ceritanya.

Sebuah drama kesaksian di depan Kongres AS juga dilakukan oleh pembelot lain, Kwon Hyuk. Dia mengaku menyaksikan langsung eksperimen menggunakan manusia di penjara Korea Utara. Kesaksian Kwon Hyuk itu mendorong tuduhan pelanggaran Undang-Undang Hak Asasi Manusia di Korea Utara pada tahun 2004.

Kedok Kwon akhirnya juga terbuka. Belakangan, dia malah mendapat julukan sebagai fabulist (pengarang dongeng atau pembohong-red). Setelah itu, dengan cepat Kwon menghilang dari mata publik.(bersambung…)