Masalah Sosial Siswa Sekolah Dasar

Masalah Sosial Siswa Sekolah Dasar
Gambar ilustrasi

Penulis: Heru Nurfiq, S.Pd.,SD

Masalah sosial kerap dipahami sebagai masalah umum yang biasa terjadi di masyarakat. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu membutuhkan manusia lain dalam kehidupannya. Sejumlah pakar menyebut bahwa masalah sosial adalah kondisi yang tidak diinginkan oleh mayoritas masyarakat.

Hubungan manusia satu dengan lainnya biasanya diatur oleh seperangkat nilai-nilai yang disepakati dan dijaga oleh suatu masyarakat. Ketika nilai-nilai tersebut dilanggar muncul ketidak seimbangan yang tidak diinginkan oleh mayoritas masyarakat. 

Masalah sosial muncul di semua lapisan dan dimensi tanpa batasan umur dan strata, tak terkecuali siswa pendidikan sekolah dasar (SD).

Masalah Sosial Siswa SD

Perkembangan sosial adalah proses adaptasi terhadap nilai-nilai yang ada dalam suatu kelompok masyarakat. Sejak dilahirkan, manusia belum memiliki kecakapan sosial. Kemampuan sosialnya diperoleh dari hasil pengalamannya saat berhubungan dengan manusia lain di lingkungannya.

Menurut penilitian, manusia mulai memiliki kebutuhan berinteraksi dengan manusia lain sejak berusia enam bulan. Pada usia tersebut, seorang anak mulai dapat mengenal manusia lain dan membedakan arti perilaku orang lain seperti senyum, marah, kasih saying dan yang lainnya.

Dalam proses pertumbuhannya, anak usia SD memiliki karakteristik khusus dalam berperilaku yang direalisasikan dalam bentuk tindakan, di antaranya adalah:

  • Pembangkangan (Negativisme)

Bentuk   tingkah   laku   melawan yang timbul sebagai sebagai reaksi terhadap penerapan   disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak.

  • Agresi (Agression)

Perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal) sebagai reaksi terhadap rasa frustasi atau rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya.  

  • Berselisih/Bertengkar (Quarreling)

Sikap yang muncul sebagai reaksi karena merasa tersinggung/terganggu oleh sikap atau perilaku anak lain.

  • Menggoda (Teasing)

Perilaku ini adalah bentuk lain dari sikap agresif, biasanya anak menggoda temannya dalam bentuk kata-kata ejekan dan cemoohan (verbal).

  • Persaingan (Rivaly)

Pada usia 4-6 tahun seorang biasanya mulai memiliki keinginan untuk melebihi orang lain atau menjadi lebih baik dari orang lain yang ada di lingkungannya.

  • Kerja sama (Cooperation)

Pada usia enam atau tujuh tahun seorang anak mulai mau bekerja sama dengan orang lain.

  • Tingkah laku berkuasa (Ascendant Behavior)

Perilaku mendominasi dan menguasai situasi sosial seperti meminta dengan memaksa, menyuruh temannya, mengancam dan yang lainnya.

Keterampilan Sosial yang Diperlukan Siswa

Dalam mengamati permasalah sosial, seorang guru dituntut untuk jeli dalam membaca perkembangan keterampilan sosial siswa. Seorang guru adalah kunci dalam membangun peradaban. Dengan mengamati perilaku siswa, akan terlihat fase demi fase perkembangan keterampilan sosial anak.

Melansir laman verywellmind.com, Senin (21/11/2022), Amy Morin menyebut ada tujuh keterampilan sosial yang harus dimiliki oleh anak, yaitu:

  1. Pengenalan Diri
  2. Mengikuti Aturan
  3. Mengendalikan Emosi
  4. Bersimpati
  5. Mendengarkan dan Menyimak
  6. Bekerja Sama/Kerja Kelompok
  7. Bernegosiasi

Kemampuan sosial anak didik sangat berpengaruh pada capaian dan prestasi belajar. Oleh sebab itu, seorang guru juga dituntut untuk membangun karakter siswa dengan mengajarkan keterampilan sosial kepada anak sesuai perkembangan fasenya. Keterampilan sosial yang baik tentu akan meningkatkan kemampuan kognitif dan kesehatan mental anak yang memberi kemudahan dalam berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungannya.

Keterampilan Sosial dalam Kurikulum Merdeka

Pada Jumat 11 Februari 2022, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mencanangkan kurikulum merdeka. Salah satu program besutan Kemendikbudristek adalah aplikasi profil siswa pancasila.

Program Siswa Pancasila ini bertujuan agar siswa memiliki karakter/kepribadian yang sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia. Hal lain yang menjadi unsur penilaian adalah siswa harus mampu menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Kurikulum Merdeka menggabungkan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Standar kelulusan siswa ditentukan dari pembentukan karakter dan penguasaan materi pelajaran dan/atau keterampilan.

Kurikulum Mandiri ini membagi mata pelajaran dalam 3 fase, yaitu fase A untuk kelas 1 dan 2, fase B untuk kelas 3 dan 4, fase C untuk kelas 5 dan 6. Sehingga, standar keberhasilan siswa dalam pelajaran juga ditentukan oleh perkembangan keterampilan sosialnya.

Catatan:

Artikel ditulis oleh Heru Nurfiq, S.Pd.,SD, NIP: 197201052009031002, SDN Sumbersoko 01, Sukolilo, Pati, Jawa Tengah.

Komentar