Pati, 5News
Menanggapi video pendek berisi penjelasan singkat oleh seorang dai yang viral di kalangan warga PSHT. Kamis (13/4) kemarin, Suntoro (49) seorang tokoh dan sesepuh PSHT cabang Pati yang akrab dengan sebutan Abah, di tempat latihan Aula Kodim 0718/ Pati, mengatakan,
“PSHT adalah sebuah perguruan dan organisasi yang memiliki beberapa dimensi dan tujuan. Selain seni dan olahraga, selama latihan siswa PSHT dibekali dengan ajaran ajaran moral untuk membangun karakaternya, agar kelak menjadi warga yang baik.” papar Abah menjelaskan.
“Jika ada seorang dai mengatakan ini sesat dan itu syirik, bagi saya hal ini justru menunjukan kedangkalan ajarannya dan tidak dapat diterima oleh masyarakat, khususnya di Jawa. Masyarakat Jawa penuh dengan simbol dan tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan mengandung makna mendalam tentang kehidupan.” ujar Abah.
“Mori adalah simbol kesucian dan kematian, membekali warga dengan mori adalah sebagai pangeling eling (pengingat-red) bahwa kelak semua manusia akan mati, sehingga wajib untuk menjaga perilaku (tetap suci) dan selalu mengingat kematian. Mencucinya dengan kembang adalah sebuah proses simbolis memberi wewangian kepada benda yang menjadi pengingat bagi pemiliknya untuk menjaga dan merawatnya dengan baik. Nama yang diterakan diatas mori, adalah penanda, agar tidak tertukar ketika berkumpul bersama sama, bayangkan ketika 1000 warga berkumpul dan menjemur mori dalam satu tempat yang sama, pasti akan sulit untuk membedakan.” jelasnya.
Habib Umar Husain Alatas (43), seorang warga PSHT asal Pati, ketika ditemui pagi (13/4) tadi menyatakan,
“Saran saya bagi seluruh dai dan mubaligh. yang belum memahami obyek yang ditanyakan, jangan menjawab dulu sebelum memperoleh gambaran utuh, karena jawaban yang salah akan menimbulkan reaksi negatif seperti meradangnya warga PSHT, dalam hal ini.”
“Melihat track record dai yang melecehkan PSHT ini, saya menyarankan untuk diabaikan saja, karena jawaban dalam video itu, menunjukan ketidak pahaman yang bersangkutan akan obyek yang ditanyakan. Dai ini sempat mengatakan wali songo itu tidak ada, dengan fakta sejarah yang ada, saya menilai dai semacam ini mungkin belum pernah mengenyam pendidikan dasar.” ujarnya.
“Al Quran mengajarkan kita untuk mempelajari dan memahami, dalam sebuah ayat di surat Al Isra di sebutkan agar tidak mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak kita ketahui, karena mulut dan telinga akan dimintai pertanggung jawaban di akherat kelak.” paparnya.
“Dai itu mengatakan srempet-srempet syirik dalam video, saya katakan dai tersebut srempet srempet bodoh dan sembrono, mengingat hal yang sama juga pernah dilontarkan terhadap saudara muslim yang lain, sekaitan dengan ziarah kubur, mendoakan orang mati dan acara keagamaan seperti maulid, yasin tahlil dsb. Yang pada akhirnya mengundang reaksi keras, dengan penolakan di beberapa tempat. Semoga para kadang dan dulur PSHT bisa menahan diri dan tidak merespon berlebihan sekaitan masalah ini.” tutupnya. (tri)