Cerita Rakyat dan Modul Pembelajaran

Gambar ilustrasi

Penulis: Endah Wahyuni S.Pd.

Cerita rakyat menjadi bagian dari pembelajaran bahasa dan sastra bagi siswa sekolh dasar (SD). Mungkin ada anggapan bahwa fiksi bukan bahan pembelajaran yang ideal. Namun, cerita rakyat masih menjadi bagian dari modul pembelajaran dari tingkat dasar hingga perguruan tingi. Pasalnya, Cerita rakyat sarat dengan pelajaran moral dan kaya sastra.

Pasal 3 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional menyatakan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk     watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Perbedaan Cerita dan Hikayat

Cerita rakyat merupakan cerita yang berasal dan berkembang dalam masyarakat pada masa lampau yang menjadi ciri khas bangsa yang mempunyai kultur budaya yang beraneka ragam. Lazimnya, cerita rakyat berkembang turun menurun karena ada nilai-nilai atau norma yang berlaku dalam masyarakat dan menjadi panutan.

Adapun hikayat, merupakan cerita turun temurun yang berisi tentang mitos kesaktian, kehidupan istana ataupun hal-hal lain yang bersifat supranatural.

Nilai dalam Cerita Rakyat

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikburistek) menjabarkan nilai-nilai penting dari cerita rakyat dan manfaatnya bagi perkembangan pendidikan nasional. Oleh karenanya, Kemendikbudristek menjadikan cerita rakyat sebagai modul pembelajaran bahasa.

Nilai adalah suatu yang berharga, bermutu, menunjukan kualitas, dan berguna bagi manusia. Dalam karya sastra berwujud makna di balik apa yang ditulis melalui unsur instrinsik seperti perilaku, dialog, peristiwa, setting, dan sebagainya.

Menurut Suherli, dkk. terdapat enam nilai dalam hikayat, yaitu

  1. Nilai budaya

Nilai yang diambil dari budaya yang berkembang secara turun menurun di masyarakat (berhubungan dengan budaya melayu).  Ciri khas nilai-nilai budaya dibandingkan nilai lainnya adalah masyarakt takut meninggalkan atau menentang nilai tersebut karena ‘takut’ sesuatu yang buruk akan menimpanya.

  • Nilai Moral

Nilai yang berhubungan dengan masalah moral. Pada dasarnya nilai moral berkaitan dengan nasihat-nasihat yang berkaitan dengan budi pekerti, perilaku, atau tata susila yang dapat diperoleh pembaca dari cerita yang dibaca atau dinikmatinya.

  • Nilai Agama (Religi)

Nilai yang berhubungan dengan masalah keagaman. Nilai religi biasanya ditandai dengan penggunaan kata dan konsep Tuhan, mahluk ghaib, dosa- pahala, serta surga-neraka.

  • Nilai Pendidikan (Edukasi)

Nilai yang berhubungan dengan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang/kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.

  • Nilai Seni (Estetika)

Nilai yang berhubungan dengan keindahan dan seni.

  • Nilai Sosial

Nilai yang berhubungan dengan kehidupan di dalam masyarakat. Biasanya berupa nasihat-nasihat yang berkaitan dengan kemasyarakatan. Indikasi nilai sosial dikaitkan dengan kepatuhan dan kepantasan bila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Catatan:

Artikel ditulis oleh Endah Wahyuni S.Pd., NIP: 198008042010012017 , SD Negeri Sumbersoko 02 Sukolilo, Pati, Jawa Tengah.